Kupersembahkan Blog Ini Untuk Orang Yang Pernah Mendiami Relung Terdalam di Hatiku, "BINTANG"

Pages

Jumat, 23 Desember 2011

Tersesat di Hatinya

Ketika itu Ramadhan Tahun 2009, tahun itu awal saya memiliki motor hasil keringat saya sendiri. Smash 2003 dengan nomor polisi N 2275 CT. Saya beli kredit, itu saya lakukan selain karena pertimbangan efisiensi biaya dan waktu untuk sekolah, juga yg terpenting karena saya ingin bisa sering-sering bertemu dengan kekasih saya. Jujur saja saya belum seberapa bisa mengendarai motor. Modal nekat dan berani, akhirnya sampailah motor itu saya bawa ke tempat tinggal saya, di asrama sebuah Masjid di Malang. Ketika itu jabatan saya hanya sebagai Mu'adzin. Karena usia saya masih 18 waktu itu, Setelah usia 19 tahun saya baru akan diangkat menjadi Imam. 1 tahun lumayan untuk menambah hafalan Qur'an lebih banyak lagi dan memperkaya diri dengan ilmu-ilmu lagu tilawah dan tartil.

Kembali pada cerita, setelah berhasil memiliki motor itu jelas saya cerita dengan bangga dan senangnya pada kekasih, saya bilang kalau saya Ramadhan ini ingin buka puasa di rumahnya. Saya bilang tidak hafal jalan ke rumahnya kalau berangkat sendiri, karena selama ini ke rumahnya hanya naik angkot CKL (Cemoro Kandang Landung Sari). Sebenarnya bisa saja saya cari-cari alamatnya, cuma ya karena saya ingin mbonceng dia. Itu pertama kalinya saya mengendarai motor pribadi, dan kekasih saya adalah orang pertama yang saya bawa.

Walaupun dia duduknya agak menjauh dan hanya pegangan baju saya (kalau tidak salah), tapi saya mampu merasakan kehangatan yang sangat. Konon suhu tubuh seseorang akan sedikit meningkat ketika berada di dekat orang yang dicintainya. Sore itu saya benar-benar bahagia. Saya kendarai dengan penuh hati-hati, agar dia merasa nyaman. Waktu itu dia pakai sweater warna pelangi, kalau tidak salah pakai seragam pramuka. Lama tidak bertemu, ketika bertemu benar-benar luar biasa. Dalam hati saya tidak ada gadis mana pun yang melebihi kecantikannya. Ya beginilah rasanya mabuk cinta.

Kami melewati SMA 7, kemudian Cengger Ayam, belok kiri ke Kedawung, kemudian menuju Sulfat lewat Ciliwung, kemudian menuju JL. Wisnu Wardhana melewati Sawojajar, lalu sampai pada daerah Pakis (Kalau tidak salah). Yang saya ingat hanya namanya, jadi nama daerahnya lupa. Sampailah kami pada rumahnya. Setlah sampai, saya pun pulang sambil senyum-senyum sendiri. Untung pakai helm hitam, jadi ndak ada yang tahu. Hahaha, seperti di film-film.

Pulangnya saya nyasar sampai ke daerah Blimbing. Sampai di asrama saya sms dan cerita. Mungkin karena saking gilanya senyum-senyum sendiri, jadi lupa jalan pulang. Saya ingat ketika di daerah Blimbing ada kecelakaan pas di depan saya. Waktu itu jalan memang sedikit basah dan licin. Saya jadi deg-degan, baru bisa naik motor sudah disuguhi pemandangan seperti itu. Untung saya banyak belajar beladiri untuk antisipasi kecelakaan bermotor. Pernah saya praktikkan di daerah Jalan Cipto, Ketika saya dibonceng, saya loncat ke jalan kemudia berguling-guling seperti latihan militer. Saya kira tidak ada siapa-siapa, eeeh ternyata ada polisi lihat dengan keheranan. Soalnya saya waktu itu masih pakai seragam SMP. Kembali pada cerita, akhirnya pada suatu hari, tidak lama jaraknya dengan waktu saya antar kekasih saya pulang, kami pun buka bersama di rumahnya.

Sebelum buka puasa, saya shalat Maghrib di Mushala di sebelah dalam gang sebelah timur rumahnya. Jaraknya tidak seberapa jauh. Saya ditemani adik laki-lakinya kekasih. Setelah itu makan bersama dan singkat cerita, setelah berbuka bersama saya pun pulang. Di jalan berkali-kali ada sms. Dan saya pasti berhenti ketika ada sms. Apa lagi tahu kalo sms dari kekasih, semua kegiatan pasti saya tunda untuk sekedar membaca dan membalas sms-nya. "Sayang, ndak nyasar kan??" (Kurang lebih seperti itu isi sms-nya)

Kemudian iseng saya jawab "Sayang, aq nyasar ini!!!!"

"Lho koq bisa?? Nyasar di mana sayang?"

"Di hatimu!!!! hhe.."

Kami pun tertawa. Walaupun saya tidak berada di depannya, saya sudah bisa membayangkan mimik wajah kekasih saya yang begitu cantik sedang cemas bercampur tawa. Ketika itu saya tidak henti-hentinya tersenyum. Saya benar-benar seperti melayang di awan-awan kerajaan cinta. Kemudian menyelam pada samudera kerinduan. Saya selalu tersenyum saat mengingat hal ini. Cerita ini cukup untuk membalut luka saya harus karena berpisah dengannya. Menjadi bagian dari cerita ini menurut saya sudah kehangatan cinta yang cukup.


0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More