Kupersembahkan Blog Ini Untuk Orang Yang Pernah Mendiami Relung Terdalam di Hatiku, "BINTANG"

Pages

Everything here is about you, my lovely star,

I'm sure that one day you will read this blog and give smile for this.

My love, here I am with all my feelings,

I hope the breath of your love always blow even just through the wind

My lovely breath,

Recesses of my heart always decorate by your beautifull face

My angel,

Fly here with the whole of your long vibration

My dear,

I love you.

Rabu, 27 Februari 2013

Selamat Ulang Tahun Ke-19, Kasih..


Aku tidak tahu penyakit apa yang sesungguhnya telah menyiksaku tadi malam. Seolah ada ribuan batu tajam yang memenuhi dinding kepalaku. Seolah ada badai bergemuruh di antara ruang-ruang dalam jantungku yang kian berdetak tiada menentu. Aku benar-benar di dalam sebuah kekalutan yang aku sendiri tidak tahu penyebabnya.

Pagi ini, tiba-tiba aku teringat dengan sebuah peristiwa penting sekitar lima tahun yang lalu. Ketika itu adalah waktu pulang dari sekolah semasa SMP. Langit sedang panas, namun hatiku sedang sejuk tak ternilai. Langkahku sebenarnya sedang lelah, namun hatiku memberikan kekuatan yang begitu besar. Iya, saat itu aku berjalan bersama kekasihku.

Masih teringat jelas, dia memakai jaket berwarna orange. Sebuah warna yang menyegarkan segenap kekeringan di antara kerongkongan kerinduan. Aku sendiri memakai jaket berwarna hijau redup, mencerminkan sebuah proses kesembuhan, iya aku sedang sakit yang teramat saat itu. Kami selalu berjalan berdampingan. Alun-alun Kota Malang adalah tujuan kami.

Duduk di bawah pohon-pohon rindang yang kadang berguguran daun-daunnya. Sebuah pemandangan yang begitu memukau. Bagiku biarlah dedaunan itu berguguran sementara cinta sedang bersemi antara aku dan nafasnya. Senyumnya selalu mencairkan gumpalan-gumpalan emosi yang menyeruak di dalam dadaku, Dia begitu cantik di mata dan hatiku.

Seorang pengemis kecil mendatangi kami. Mungkin surga cinta yang sedang kami salami begitu dalam, sampai-sampai kami tidak peduli dengan pengemis tersebut. Sang pengemis marah dan mengotori baju kekasihku dengan guguran dedaunan. Aku pun dengan penuh sabar membersihkan daun-daun tersebut dari pakaian kekasihku hingga pengemis usil tersebut pergi.

Kami pun melanjutkan perjalanan ke sebuah Plasa di Malang. AKu tidak tahu sebenarnya tujuan ke sana. Ternyata kekasihku mengajak berfoto di sebuah studio Foto Box. Mungkin untuk mengabadikan momen paling romantic selama hidup kami. Ada beberapa koleksi foto yang kami dapatkan. Biasanya kami simpan di dalam dompet. Namun kini foto-foto tersebut mungkin telah menjadi abu.

Aku tidak peduli apakah benar-benar menjadi abu ataukah tidak. Yang aku pedulikan hanyalah kobaran cinta yang terus menyala-nyala di dalam dadaku. Semuanya kupersembahkan untuknya. Setidaknya untuk kekasihku lima tahun yang lalu. Sekalipun dia mungkin tak peduli, tidak mengapa bagiku. Karena cinta yang tulus tak peduli dengan apa pun yang didapat.

Hari ini adalah Hari Ulang Tahun Kekasihku yang ke-19, usia yang mungkin lebih  dewasa dari sebelumnya. Semoga dengan kedewasaannya sekarang, dia lebih mampu menghargai makna cinta. “Kekasihku, hingga detik ini dan entah sampai kapan, atau mungkin selamaya, aku selalu memanggilmu dengan kata kekasih. Karena tidak ada kebencian di hatiku untukmu. Cinta telah memenuhi seluruh jiwa dan hatiku untukmu. Selamat ulang tahun kasih, semoga suatu saat kau kembali bersinar.. Aku merindukan nafasmu, Bintangku...”

Jumat, 18 Januari 2013

Seputih Salju

Rasanya telah cukup lama tanganku tiada menoreh lukisan cinta dalam lembaran ini. Bukannya aku lelah untuk terus mengungkap segenap rasa yang membumbung dalam segenap asa. Aku hanya diam bertafakkur. Aku ingin apa yang kupersembahkan selanjutnya sanggup meruntuhkan puing-puing kebencian dalam prahara cinta.

Iya benar, aku telah terluka tersayat di tengah badai gelora. Aku hanya sanggup berdiri sejenak untuk berjalan tidak lebih dari sejengkal, kemudian terjatuh lagi. Tanganku pun membeku dan tiada lagi kuat menggenggam. Bibirku telah kering hingga tak mampu mengucap.  Namun aksara cintanya selalu tergambar jelas di dalam kedua bola mataku.

Ketahuilah, saat ini aku bagai di tengah gurun salju. Kembali kukatakan bahwa tangis kerinduan ini begitu dalam dan menusuk tulang-tulang dadaku. Bahkan jantungku pun rasanya sudah ingin berhenti berdetak. Dia hanya ingin cinta yang mengisi ruang-ruangnya. Segala macam kenangan bagai butiran-butiran yang terus saja berjatuhan di atas kepalaku.

Sambil terus merasakan sakitnya menggigil dalam dingin kerinduan, aku terus memandangnya dari kejauhan. Aku tiada membencinya, memang tidak ada ruang yang tersedia untuk sebuah kebencian. Yang ada hanyalah pandangan cinta dan kasih sayang. Aku selalu tersenyum sekalipun pedih yang terasa. Setidaknya aku tersenyum untuk canda tawanya.

Tiada peduli bagaimanakah dia saat ini menyiksa dengan seluruh perilakunya. Yang aku pedulikan hanyalah cinta yang tetap terjaga kemurnian dan kesuciannya. Iya, dialah cinta yang sejak lama mendiami relung dalam jiwa ini. Dialah kekuatan yang begitu berharga untuk setiap langkah. Tidak ada noda yang sanggup menutupinya barang setitik, karena cinta ini seputih salju.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More