Dari catatan Facebookku pada 18 November 2011 jam 21:40
Duhai cinta
yang terus bersemayam dalam hati, tidak lelahkah engkau dengan setiap
pertanyaan yang selalu terlontar keras di balik air mataku? "Kapan
engkau berhenti menyirami keringnya batinku? Sedang air suci yang kau siramkan
kini mata airnya bukan milikku?"
Aku
sebenarnya terlalu malu untuk menulis ini kawan, tapi aku tak punya pilihan.
Andai ada ibu, mungkin sudah kutumpahkan segala lara yang terus menyayat-nyayat
daging jantungku. Biar ibuku mendengarkan dengan kasihnya. Tak perlu kau sampai
membacanya.
Tapi apalah
daya, hanya sendiri. Iya, hanya sendiri. Jika harus kupendam, aku takut ini
akan menjadi bom waktu yang suatu saat nanti akan meledak dahsyat menghancurkan
untaian-untaian pembuluh darah dan syaraf-syarafku.
Kadang aku
merasa bodoh, betapa banyak orang yang datang karena hatinya terluka oleh
cinta. Mereka pulang selalu dengan penuh kegembiraan hanya dengan sedikit
nasihat dan pesan-pesan. Sedang aku sendiri terus saja terhantui oleh rasa yang
begitu menggelora seolah tiada habisnya.
Jika
berbicara waktu, maka sudah cukup panjang waktu ini kulewati. Namun tiada mampu
kutepis bayangmu. Mungkin engkau terlalu dalam tersemat pada dinding sanubari.
Hingga aku tak kuasa menarik untuk membuangmu jauh-jauh.
Aku tidak tahu
apakah ini kemurnian ataukah egoisme perasaan. Yang jelas aku benar-benar
sedang dalam lautan benda-benda tajam yang terus saja menusuk dan mengiris
halusnya rasa yang terdiam dalam hati.Duhai Tuhanku yang Kuasa-Mu di atas
segala galanya, aku tidak pernah meminta pengganti atas nafasku yang telah jauh
terhembus di ujung sana, aku hanya memohon hapus rasa ini dari relung hatiku.
Kemudian biarkan nafasku tertawa bahagia. Biarkan aku benar-benar tersenyum
saat melihatnya bersama sang pemujanya, tanpa ada isak pilu saat aku tertunduk
dalam sepi.
Tuhanku yang
Maha Kasih, sekali lagi dan untuk kesekian kalinya aku tak bosan-bosan
bermunajat kepada-Mu, hapus rasa ini. Buat aku benar-benar merelakannya. Ku
mohon dengan penuh tundukku. Sekiranya Kau hapus segala nilai ibadahku,
kemudian Engkau uji aku dengan ujian teramat berat, akan ku terima dengan penuh
tunduk, asalkan Engkau hapus rasa ini.
Hapus rasa
ini,
Hapus rasa
ini,
Hapus rasa
ini,
Kumohon,,
Allahumma
aamiin..
0 komentar:
Posting Komentar