Kupersembahkan Blog Ini Untuk Orang Yang Pernah Mendiami Relung Terdalam di Hatiku, "BINTANG"

Pages

Sabtu, 17 Desember 2011

Aku Manusia Biasa

Dari catatan Facebookku pada 18 November 2011 jam 21:40

Duhai cinta yang terus bersemayam dalam hati, tidak lelahkah engkau dengan setiap pertanyaan yang  selalu terlontar keras di balik air mataku? "Kapan engkau berhenti menyirami keringnya batinku? Sedang air suci yang kau siramkan kini mata airnya bukan milikku?"


Aku sebenarnya terlalu malu untuk menulis ini kawan, tapi aku tak punya pilihan. Andai ada ibu, mungkin sudah kutumpahkan segala lara yang terus menyayat-nyayat daging jantungku. Biar ibuku mendengarkan dengan kasihnya. Tak perlu kau sampai membacanya.

Tapi apalah daya, hanya sendiri. Iya, hanya sendiri. Jika harus kupendam, aku takut ini akan menjadi bom waktu yang suatu saat nanti akan meledak dahsyat menghancurkan untaian-untaian pembuluh darah dan syaraf-syarafku.

Kadang aku merasa bodoh, betapa banyak orang yang datang karena hatinya terluka oleh cinta. Mereka pulang selalu dengan penuh kegembiraan hanya dengan sedikit nasihat dan pesan-pesan. Sedang aku sendiri terus saja terhantui oleh rasa yang begitu menggelora seolah tiada habisnya.

Jika berbicara waktu, maka sudah cukup panjang waktu ini kulewati. Namun tiada mampu kutepis bayangmu. Mungkin engkau terlalu dalam tersemat pada dinding sanubari. Hingga aku tak kuasa menarik  untuk membuangmu jauh-jauh.

Aku tidak tahu apakah ini kemurnian ataukah egoisme perasaan. Yang jelas aku benar-benar sedang dalam lautan benda-benda tajam yang terus saja menusuk dan mengiris halusnya rasa yang terdiam dalam hati.Duhai Tuhanku yang Kuasa-Mu di atas segala galanya, aku tidak pernah meminta pengganti atas nafasku yang telah jauh terhembus di ujung sana, aku hanya memohon hapus rasa ini dari relung hatiku. Kemudian biarkan nafasku tertawa bahagia. Biarkan aku benar-benar tersenyum saat melihatnya bersama sang pemujanya, tanpa ada isak pilu saat aku tertunduk dalam sepi.

Tuhanku yang Maha Kasih, sekali lagi dan untuk kesekian kalinya aku tak bosan-bosan bermunajat kepada-Mu, hapus rasa ini. Buat aku benar-benar merelakannya. Ku mohon dengan penuh tundukku. Sekiranya Kau hapus segala nilai ibadahku, kemudian Engkau uji aku dengan ujian teramat berat, akan ku terima dengan penuh tunduk, asalkan Engkau hapus rasa ini.

Hapus rasa ini,

Hapus rasa ini,

Hapus rasa ini,

Kumohon,,

Allahumma aamiin..

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More