Kupersembahkan Blog Ini Untuk Orang Yang Pernah Mendiami Relung Terdalam di Hatiku, "BINTANG"

Pages

Kamis, 29 Desember 2011

Semburat Mentari Di Velodrom

Sore itu, saya menjemput dia seperti biasanya. Dengan masih memakai seragam pramuka berlapiskan cardigan bergaris-garis horisontal. Hari itu insya Allah adalah Jumat. Saya pulang dari sekolah sekitar jam 13.30. Kemudian tidur sejenak. Sekitar setelah ashar saya tancap gas ke sekolahnya. Seperti biasa dia sudah menunggu di dekat pos satpam. Jaketnya kuning. Tangan kirinya memegang helm. Saya tunggu di seberang gerbang. Dari jauh sudah terlihat bahwa dia adalah belahan jiwa saya sekalipun saya tidak pernah memakai kacamata.

Dia datang dengan senyum manisnya, kemudian memposisikan diri di belakang saya. Tas diletakkan di pangkuannya. "Sudah mas.." katanya. Seperti biasa, lewat Sulfat dan bablas ke daerah Universitas Wisnuwardhana. Kalau lewat daerah itu, pasti kami sempatkan mampir ke Velodrom (arena balap sepeda, kadang juga dipakai untuk pertandingan lari). Muter-muter dulu sambil mencari tempat nongkrong yang nyaman untuk berdua. Akhirnya cuma kebagian tempat di timurnya velodrom. Jika lihat ke barat view-nya persis seperti foto di atas.

Saya suka sekali melihatnya ketika tertawa. Karena obrolan kami seserius dan seromantis apa pun pasti menimbulkan gelak tawa. Memandangi langit di barat sana. Sesekali dedaunan jatuh di antara kami. Mungkin daunnya lupa pegangan saat melihat kemesraan kami. Daun itu kering, tapi ketika itu cinta kami sedang bersemi. Daun-daun berguguran, tetapi cinta kami sedang bermekaran. Debu-debu jalanan terkikis angin, namun cinta kami sedang terbangun megah.

Langit pun menguning. Sinar mentari semburat dan menghias pepohonan serta dinding velodrom dengan warna jingga. Angin bertiup mesra membangkitkan irama gesekan antar dedaunan.  Di antara rumput-rumput bisu saling memandang. Ada cinta di mata indahnya. Dia memandang dengan penuh kasih. Setiap kata yang mengalir selalu saya ulang-ulang ketika nanti saya sampai di rumah.

Jam 17.00, saya harus mengantarnya pulang. Tetapi hanya sampai tempat transit angkutan SKL. Dia selalu meminta diantar sampai belakang mobil truck yang berhenti di sepanjang tepi jalan menuju pertigaan Madyopuro. Sekali lagi, semburat mentari kala senja itu menghias keningnya. Senyumnya semakin menyala dan menembusa hingga ke dinding hati saya. Dia terus saja bersinar tiada padam. Membuat hati saya tak mampu untuk sekedar meredup dalam alunan cintanya.

Kami tak rela untuk saling melepas. Hal yang selalu mengharukan dalam setiap pertemuan adalah perpisahan. Walaupun hanya berpisah untuknya pulang. Matanya yang berbinar berubah sayu dan basah. Saya pandangi kemilau wajah dan susunan giginya yang tersenyum bahagia. Sepertinya dia ingin mengatakan "Aku bahagia memilikimu..". Bagaimana pun dia harus segera pulang. Akhirnya setelah saling memandang, saya harus melepasnya menuju angkutan untuk pulang.

Kesannya mungkin berlebihan, orang hanya naik angkot saja kok harunya seperti di telenovela. Tapi ya begitulah cinta. Cinta semakin membumbung tinggi manakala sang pecinta benar-benar membutuhkan cinta dan kekasihnya. Entah karena kesendirian maupun terbatasnya perhatian. Begitulah perasaan ini menghiasi pahatan-pahatan cerita indah setiap insan. Termasuk kami, cinta menggelora dan merasuk dalam sanubari kami. Kemudian membuat kami berlabuh pada taman-taman surga milik berdua.

Ketika dia sudah berada di dalam angkutan, dan saya sudah putar balik, kami tetap saja menyempatkan diri untuk saling menatap. Kadang kala dia melambaikan tangan indahnya. Kelembutan hatinya nampak sekali. Kasih sayangnya menggetarkan udara-udara di sekeliling saya. Kemudian berubah menjadi suatu energi yang menyelimuti kedinginan saya, membungkus kerisauan saya dan membangun kerajaan cinta saya. Begitulah sore itu berlalu. Sore-sore sebelum dan sesudahnya tak jauh beda, Romantisme dan curahan kasih sayang selalu menghiasi hari-hari kami. Sinar jingga sang mentari ikut pula menghias, kecuali saat mendung dan hujan gerimis. Tetapi bagaimana pun juga cinta kami mampu menyinari segalanya.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More