Kupersembahkan Blog Ini Untuk Orang Yang Pernah Mendiami Relung Terdalam di Hatiku, "BINTANG"

Pages

Jumat, 20 Januari 2012

Baju Ungu dan Sebuah Es Krim

Aku menunggunya di sebuah sudut jalan yang cukup ramai. Pertigaan Madyopuro, itulah namanya dikenal. Di tepi taman di tengah jalan aku berhenti. Kaki kananku menyentuh aspal, sedang kaki kiri menginjak rem. Sambil melihat spion motor smash biruku. Kulihat ada jerawat di antara kedua alisku. Sedikit terganggu, aku takut pujaan hatiku malu kekasihnya berjerawat. "Ah mungkin ini jerawat yang timbul akibat keseringan nglamunin Bintang" Bantah hatiku untuk sedikit menenangnkan. 

Kuraba helmku, helm INK hitam yang ukurannya lumayan terlalu besar untuk kepalaku yang relatif kecil. Ada goresan pada bagian helmku. Kacanya jg sedikit kurang rapat. Aku pernah membantingnya di depan kekasihku. Aku telah lupa kenapa. Tapi itu ekspresiku untuk meminta perhatian.  Waktu itu matanya berkaca-kaca. Mungkin karena ketakutan aku marah. Saat ini pun mataku berlinang air mata. Bulir-bulirnya membasahi pelipis saat aku memungut kertas yang tergeletak di dekatku. Aku menyesal.

Saat kecil aku selalu dibentak, kurang perhatian secara hati ke hati. Akhirnya aku suka mencari perhatian dengan membanting dan membuang sesuatu. Kebiasaan ini terbawa sampai seorang gadis belia menyentuh hatiku yang terlanjur membatu. Dialah Bintang, kecantikannya mampu membuatku terbius dan melupakan segala lara. Lembut tutur katanya melunakkan amarahku. Namun saat itu aku tidak tahu setan apa yang telah menyusup di antara ruang-ruang hatiku. Aku tidak pernah seperti itu sebelumnya. Jangankan membanting helm, dia menatap saja aku tak kuasa membalas tatapannya.

Kembali pada topik, 5 menit aku menunggu. Tiba-tiba terik mentari berubah sejuk. Kulit leherku terasa tersiram air dari pegunungan. Udara tiba-tiba bertiup lembut di sela rambutku yang menyembul di bawah helm. Keringatku terasa seperti air yang meresap ke baju sesaat setelah mandi. Rupanya bidadari manis telah menyihir segala keresahanku menjadi sebuah lukisan pelangi dan senyum indah di buku kehidupanku hari ini. Bajunya ungu, begitu pula dengan jilbabnya. 

Lambaian tangannya terlihat sedikit buram akibat lalu lalang kendaraan. Cukup ramai memang jika masih siang begitu. Di tambah beberapa angkutan warna biru yang berjajar di tepi jalan membuat sedikit macet. Suara sopir dan makelar angkutan bersaut-sautan mencari penumpang. Sesekali knalpot motor khas anak muda membuat suasana semakin bising. Beberapa saat kemudian pemilik hatiku telah mendekat pada motorku. Tanpa menunggu lama dia langsung naik di belakangku. Seperti sudah hafal, tanpa malu dan canggung dia berkata "Sudah Mas.." Dari spion aku melihat senyumnya menghias wajahnya yang begitu mempesona.

Perjalanan dimulai. Aku lupa saat itu tujuan kami ke mana. Yang jelas di sebuah jalan di daerah sawojajar kami berhenti untuk waktu yang cukup lama. Di atas motor kami menikmati es krim berdua. Es krim coklat, ni'mat sekali. Makanan coklat saja paling saya sukai, ini ditambah berdua dengan kekasih saya. Jangankan es krim, air putih bekas diminum orang saja saya tidak mau. Ini malah bekas dijilat orang saya makan. Tetapi begitulah cinta membungkus semuanya menjadi begitu menawan. Siang itu kami nikmati di tepi jalan, di bawah sebuah pohon yang tidak seberapa rindang. Namun awan cinta cukup untuk menahan terik di antara dedaunan yang berguguran. Baju ungu dan es krim itu tidak akan pernah kulupakan.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More