Kupersembahkan Blog Ini Untuk Orang Yang Pernah Mendiami Relung Terdalam di Hatiku, "BINTANG"

Pages

Minggu, 25 Desember 2011

Senja di Coban Rondo

Kemarin, Sabtu 24 Desember 2011. Hati resah, pikiran penat, jiwa terombang-ambing. Ada sesuatu yang sedang saya pikirkan. Saya ingin pergi jalan-jalan untuk sekedar me-refresh otak. Sebenarnya tidak ada rencana ke Coban Rondo. Tiba-tiba saja ide tempat itu muncul ketika dalam perjalanan. Ditemani seorang sahabat baik saya pun melaju menuju Coban Rondo. Saya tidak pernah sendiri jika mengunjungi tempat-tempat kenangan. Karena beberapa kali hampir pingsan saat mengunjungi tempat-tempat tersebut.

Sebenarnya dalam hati terbesit ingin ke Waduk Solorejo. Karena melihat hamparan air itu membuat saya senang. Tetapi beberapa bulan yang lalu saya sudah ke sana dengan sahabat saya yang lain. Lagi-lagi dengan kawan karena takut terjadi apa-apa jika sendiri. Dan memang benar, ketika di Soloreja waktu itu, saya mengalami pusing kepala yang luar biasa.  Cuma karena ada teman bicara, jadi lambat laun kepala saya berangsur nyaman. Sebenarnya menceritakan Waduk Solorejo lebih indah dan romantis. Tapi lain kali saja saya ceritakan.


Kembali pada cerita, dengan terus melaju, saya mengamati kanan kiri jalan yang berbelok-belok. Pepohonan yang menjulang tinggi. Tebing-tebing yang berjajar kokoh, rumah-rumah yang terliihat sangat kecil menghiasi tepi-tepi jurang. Udara dingin khas pegunungan berhembus menerpa dengan lembutnya. Eh, salah. Maksud saya dengan kencangnya, soalnya saya agak cepat dan tidak pakai jaket tebal. Hehe. Jalan menuju Coban Rondo sudah semakin dekat. Di depan terlihat pertigaan. Jalan ke tujuan saya adalah yang ke kiri.

Kami pun menuju belokan itu, semakin jauh semakin sepi dan jalan semakin sempit. Pohon-pohon tinggi berbaris berjajar memper-elok kanan kiri jalan. Ketika helm sedikit saya buka, menghirup nafas rasanya benar-benar segar. Tidak terlalu banyak asap kendaraan bermotor, ya walaupun ada saja. Kan saya juga pakai motor. Tapi kan motor saya tidak terlalu banyak membuat polusi (pembelaan diri). Hehe.

Gerbang loket sudah di depan mata, kami menepi dan membayar. Kemudian perjalanan menuju coban dilanjutkan. Jalannya sedikit lebih bagus dari sebelumnya. Mungkin karena jarang mobil besar melewatinya, jadi jalan masih mulus. Setelah beberapa menit, kami tiba di sana. Terlihat jelas parkiran dan warung-warung di situ. Motor kami parkir, kemudian berjalan masuk. Pandangan saya tetap tertuju pada salah sudut parkiran mobil dan sebuah warung.  Itu tempat yang saya amati pertama juga saat pertama kali saya ke sini dengan seseorang yang sangat saya cintai.

Setelah itu kami kembali berjalan, mata sya selalu tergerak untuk melihat kanan kiri serta sudut-sudut di mana saya dan kekasih dulu pernah singgah. Sebenarnya hati saya menolak, Tapi merasaan terus merangsek masuk dan memojokkan hati yang meronta. Ah ya sudahlah, dinikmati saja. Saya anggap ini uji mental. Air terjun itu benar-benar di pelupuk mata. Sederas air terjun itu, sekuat itu pula air mata saya ingin jatuh. Tetapi kali ini benar-benar saya tahan. Ada sahabat dan banyak orang, saya tidak boleh nangis. Bukan karena gengsi, cuma ya sia-sia saya nangis.

Sejenak saja melihat air terjun dengan semakin ramainya pengunjung, kami bosan dan akhirnya memutuskan untuk keluar area.  Melihat tulisan "Jual Susu Segar", saya jadi haus, kami mampir ke warung di utara parkiran mobil. Berbincang sembai menikmati susu panas. (Sebenarnya belum bisa dinikmati, orang masih panas). Hehehe. Di tenah perbincangan kami, saat itu sekitar pukul 14.30, ada SMS masuk dari nomor tidak saya kenal. Isinya mengenai motivasi, karena tidak dikenal saya balas dengan iseng. Pengirim SMS tertawa, kemudian saya tanya siapa dia, dan ternyata dia adalah BINTANG,,

Hati saya benar-benar semakin seperti teriris, mata seperti terbelalak membaca sms itu. Bagaimana bisa, dia sms di saat saya sedang berada di tempat kenangan ini? Bukankah dia yang menghendaki saya untuk tidak mengganggunya lagi? Saya benar-benar dibuat kembali terombang-ambing dalam kekalutan. Mungkin dia enak saja sms, tapi dia tidak tahu jika air mata saya mulai menetes. Jangankan dia, sahabat di depan saya saja tidak tahu. air mata sedang bersembunyi di balik joke-joke khas setiap dialog saya dengan siapa pun.

Saya berusaha menyudahi sms itu, bukan karena saya tidak suka dia sms, tetapi karena saya tidak kuat menahan luka yang terburai. Sebenarnya siapa yang tidak suka dihubungi oleh kekasih hatinya yang sudah sekian lama menghilang? Saya yakin tidak ada, kecuali orang gila. Cuma kali ini saya benar-benar tidak kuasa menahan sakit. Akhirnya saya segera pulang setelah hujan reda. Benar-benar senja di Coban Rondo yang aneh. Saya tidak mengira akan seperti itu jadinya. Berharap pencerahan tetapi mendapat ujian.Sebenarnya saya masih ingin cerita mengenai kenangan-kenangan dengan kekasih saat di sini, tetapi sebaiknya saya menata rasa terlebih dahulu agar tidak semakin kalut.

Ya Allah kuatkan hati saya,,

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More