Kupersembahkan Blog Ini Untuk Orang Yang Pernah Mendiami Relung Terdalam di Hatiku, "BINTANG"

Pages

Selasa, 10 Januari 2012

Semanis Es Cincau Semanis Wajahmu

Sesak kendaraan begitu memenuhi ruas-ruas jalan. Terik matahari sesekali membuat saya mengusap dahi. Seperti biasa, saya dengan rombongan setia saya satu geng. Berjalan paling depan dengan wajah menantang. Celana putih sedikit melorot sehingga ukurannya menjadi tiga per empat. Hem putih berlogokan 9H warna kuning pada bahu sebelah kanan. Di dalamnya kaos berwarna biru. Kancing saya buka dua yang paling atas. Rambut british dengan hiasan bulu mata yang panjang seperti daun kelapa.

Sambil bercanda dan ngobrol melewati Rel kereta api dekat SMP3 kemudian lupa melalui jalur mana sehingga tembus sampai Pasar Comboran. Tujuan kami adalah SMK4 dan SMA5. Waktu itu sudah selesai UN, kami sibuk mencari pandangan untuk kelanjutan sekolah. Sampai di depan gerbang SMK4, beberapa menit kemudian angin tiba-tiba berhembus mesra. Keringat di pelipis saya rasanya seperti embun kecil yang menetes dari pohon pakis. Kesejukan itu kembali datang dan saya tak mampu menahan senyum yang begitu merekah indah.

Dengan pita merah muda di kerudung putihnya ia datang. Tasnya menyamping, jaketnya tersampir di salah satu lengannya. Jaket jingga yang pernah saya pinjam sehari semalam untuk menemani tidur saya. "Aku pinjam jaketnya, sayang. Tapi jangan dicuci dulu ya." Begitulah kata-kata saya pada suatu ketika. Tapi saya meminjam jaket ini adalah jauh setelah kami sudah SMA. "Lho kenapa mas? Ndak mending dicuci dulu?" Jawabnya. "Ndak, aku ingin harum keringatmu benar-benar memberikan suasana keberadaanmu saat menemaniku terlelap." Bantah saya.

Dia datang juga dengan beberapa temannya. Hanya beberapa saat, akhirnya gadis cantik ini pun menemani saya berjalan. Alasannya pulang, tapi pulang kok muter-muter dulu lewat comboran, pasar besar, gajah mada, dan alun-alun. Hahaha. Dasar anak muda pintar cari alasan. Waktu itu jika tidak salah adalah hari Senin. Saya haus, sampai di dekat pertigaan comboran yang akan ke arah Pasar Besar, kami berhenti sejenak. Saya beli es Cincau. Warnanya hijau dengan kuah santan bercampur es. Dinginnya mampu meredam dahaga dalam tenggorokan saya. Namun gadis cantik ini lebih belum mampu meredam rindu saya karena 1 hari tidak bertemu, kan kemarin hari Minggu.

"Sayang es juga ya??" Saya menawari dengan nada saya buat sehalus dan seromantis mungkin. Jarang-jarang bahkan bisa dikatakan tidak pernah saya bicara dengan wanita saya atur sedemikian rupa. Kurang kerjaan sekali baik-baikin anak orang. Dari dulu saya tidak seberapa memikirkan wanita. "Koen iku gak seneng arek wedok ta? Diuber-uber arek SMP TD, SMP 3, SMP 20, SMK 3 tapi ngadoh" Kata makelar angkot di halte saking pegelnya. Karena orang itu selalu menjadi tempat titipan salam, makanan dan surat dari penggemar-penggemar saya lintas sekolah.

Kembali lagi ke cerita, "Ndak mas, aku puasa. Mas aja." Jawabnya lebih halus dengan senyum yang dihiasi sedikit dua gigi depannya yang besar dan lucu. Ya akhirnya karena sudah terlanjur memesan, saya minum saja. Dia duduk setia di samping kanan saya. Sesekali berbicara, entah apa yang kami bicarakan, saya tidak mampu mengingat sampai sedetail itu. Lidah bagian depan saya merasakan betapa manisnya gula es cincau ini. Sesekali saya aduk dengan sendok kecil untuk meratakan gula merahnya. Sambil mencuri pandang selama mungkin saat ia memandang ke arah jalan atau arah kanan. Begitu dia menoleh ke saya, saya pura-pura minum dengan serius. Ternyata paras wajahnya begitu mempesona melebihi manisnya es ini. Bahkan untuk sekedar kilau mata indahnya saat memandang mampu menembus dinginnya es yang sedang saya minum kemudian menggantikannya dengan kesejukan cinta. Jalanan yang begitu macet dan panas berubah menjadi taman-taman surga dengan sungai-sungai yang mengalir di sekitarnya.

Waktu sudah semakin siang, kami harus pulang. Dia sepertinya kelelahan. Sudah puasa, saya ajak jalan panas-panas, jauh pula. Dasar Adi ini, tidak berperi kegadisan. Hahaha. Salah sendiri mau. Ya yang namanya cinta, jangankan jalan jauh, jalan dekat saja dijalani. (Maksudnya???). Ah sudah, serius ini. Akhirnya saya tawari lagi untuk membatalkan puasanya, toh puasa sunnah. Ada undangan makan-makan saja dianjurkan untuk membatalkan (Hadist Shahih). Apa lagi ada tawaran makan dari kekasih. (Apa hubungannya to?) --Tanya Dinas Perhubungan--.

Akhirnya mau juga ni bidadari saya. Pesan nasi tahu telor dan es jeruk masing-masing 2. Makan berdua di bangku paling utara. Tempatnya panas, hanya tertutup kain spanduk beratapkan seng. Letaknya di pojokan parkiran dekat TB Siswa (Timur Alun-Alun). Seperti biasa makan saya sedikit, jadi tidak habis. Saya lupa waktu itu dihabiskan dia atau tidak, karena jika makanan kami tidak habis, salah satu pasti membantu menghabiskan. Romantis ya?? Romantis apanya, kekenyangan salah satu yang ada. Hehehe.


Ya begitulah cerita waktu itu, akhirnya kami berjalan menuju halte di sebelah jembatan penyeberangan yang menghubungkan Alun-Alun dengan trotoar Sarinah. Dia pulang terlebih dahulu naik MM (Mulyorejo Madyopuro). Yah saya ditinggal. Baru ditinggal di angkot sudah sms-sms kangen. Lagi-lagi mabuk cinta menyelimuti seluruh syaraf-syaraf kesadaran kami. Apa pun rasa saat itu, entah panas, gerah, lelah, tapi ada satu yang mengalahkan semua itu, manis wajahnya semakin menghias relung-relung hati saya. Assseeeek.. :D

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More