Kupersembahkan Blog Ini Untuk Orang Yang Pernah Mendiami Relung Terdalam di Hatiku, "BINTANG"

Pages

Sabtu, 17 Desember 2011

20 Tahun Berselimut Kabut


Dari catatan Facebook pada 24 Januari 2011 jam 8:13
Aku berlindung kepada Allah Ta’ala dengan kalimat-Nya yang sempurna dari gangguan syaithan dan Hammah (sesuatu yang mengandung racun) dan dari setiap mata yang jahat.(HR. Bukhori)

Dengan menyebut nama Allah yang dengan nama-Nya tidak aka nada sesuatu yang dapat membahayakan di bumi maupun di langit dan Allah Maha mendengar lagi Maha penyayang.” (HR. Abu Dawud IV/323, At Tirmidzi V/465, Ibnu Majah dan Ahmad)

Shalawat nan salam semoga selalu terlimpah curahkan pada junjunganku, sang pelipur lara atas segala sesak di dadaku. “Ya Tuhanku, muliakanlah oleh-Mu akan Muhammad Nabi yang ummi dan akan keluarganya.” (HR. Abu Daud dari ‘Uqbah bin ‘Amir)

Hari ini, 24 Januari 2011, 20 tahun sudah kakiku menapaki setiap ruas jalan dan sudut-sudut pelataran di bumi Allah yang tercinta ini. Tersandung batu, lalu jatuh, terluka, berdarah, kemudian bangun, dan seterusnya, telah menjadi hiasan hari-hariku selama itu.

Aku teringat dengan petuah salah satu guru di SD-ku, SDN Jatimulyo III. Bahwa dalam hidup ini kadang kita bagai pohon. Ketika kecil tak jarang terkena sapu, diremehkan, diinjak-injak. Kemudian beranjak lebih besar, dan ketika besar angin yang menerpa pun semakin kencang. Tapi orang akan senang dengan adanya kita. Kita menjadi tempat berteduh, jika berbuah akan mengenyangkan.

Hidup di dunia memang ujian. Aku sangat yakin dan percaya bahwa ujian adalah jamu untukku dan siapa pun. Rasanya tak jarang sangat pahit, tetapi hakikatnya untuk kebaikanku. Ujian membuatku semakin tegar dan kuat mengarungi sela-sela deburan ombak kehidupan.

Aku adalah makhluk yang lemah, seringkali masih tertatih menghadapi semua ini. Rasanya tidak ada 1 tahun pun di dalam 20 tahun itu tanpa derai air mata pilu. Sakit dan perih bagai irama pengiring gerak bola mata sayuku. Kadang hati kotor ini mengumpat dan protes pada Tuhan. Astaghfirullahal adzim.

Perhatian dan kasih sayang orang tua, utamanya ibu adalah kebutuhan pokok seorang anak. Tanpanya manusia akan gontai. Aku pun demikian, harus mencari perhatian dengan hal-hal konyol. Berkelahi, merokok, kluyuran, berjalan sendiri, dan seterusnya. Jika sedang ingat, aku memohon “Aku ingin ibu Ya Allah..” sambil menetes air mataku.

Aku pun teringat pesan Rasulullah, “Tidak ada sesuatu yang menimpa seorang muslim baik itu kepayahan, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan kesusahan, sampai sebuah duri akan menusuknya, kecuali pastilah Allah Ta’ala akan menghapusn kesalahan-kesalahan dangan semua hal tersebut” (Muttafaq ‘alaih). Hadist ini membuatku semakin sadar dan mantap untuk semakin teguh di jalan-Nya.

Hari ini, aku teringat dengan kekasih hatiku nun jauh di sana. Dia tinggi, tidak gemuk, sangat pandai dan cantik tentunya. Jasadnya memang jauh, tapi cintanya selalu mendekapku sampai saat ini. Ucapan-ucapan lembutnya masih sering kali terdengar dalam anganku. Senyumnya yang anggun, langkahnya yang mempesona, tangannya lembutnya yang biasa mengusap kepalaku saat ku tertidur di dekatnya. Harum keringatnya yang selalu menjadi hadiah untukku. Kadang menjadi iming-iming agar aku cepat sembuh dari sakit. Semua itu membuatku meneteskan air mata saat mengingat saat-saat indah bersamanya. Tak terkecuali saat ini.

Ya Allah, jaga dia dalam tidur dan bangunnya. Berilah dia kebahagiaan. Berilah hidayah kepada perusak-perusak ikatan kami. Jadikan ini pelajaran untukku dan anak cucuku kelak. Bahwa perpisahan itu pasti datang. Bahwa hubungan yang retak itu menyakitkan. Bahwa memperturutkan hawa nafsu itu membawa petaka. Dan bahwa kekasihku maha sempurna bagiku. Aku sangat mencintainya. Sangat dan sangat.
Kini, Air mataku tiada terbendung lagi saat mengenangnya lewat sebuah nasihat Syaikh Muhammad Al Bushiri.
Apakah karena ingat kekasih yang berada di Dzisalam, kau cucurkan air mata bercampur darah?
Ataukah karena angin yang bertiup dari arah Kadhimah ataukah teringat cahaya kilat dalam gelap malam lembah Idlom?
Kalau tidak mengapa kedua matamu tetap mengalir yang mestinya kau mampu menahannya dan kenapa hatimu tetap gundah padahal kau mampu menentramkannya/
Adakah orang yang sedang kasmaran menyangka bisa merahasiakan rasa cinta? Sedang air matanya masih bercucuran dan hati yang masih terbakar api cinta.
Kalau tiada rasa cinta, tentulah kau tidak akan mencucurkan air mata saat teringat puing-puing rumah kekasih dan tidak akan terjaga sepanjang malam saat teringat pepohonan dan gunung-gunung di tempat kekasih.
Kenapa kau masih ingkar akan cintamu, padahal kejujuran air mata, sakit-sakitan adalah menjadi saksi atas cintamu.
Rasa susah menetapkan dua garis yang terletak di kedua pipimu yang kuning pucat karena sakit dan mata merahmu yang selalu menangis mencucurkan air mata (itu adalah bukti cintamu) 

Aku pun menjawab:
Iya… Orang yang aku rindukan tiap malam, bayangannya nampak di depan mataku yang membuatku tak bisa tidur, memang sakitnya cinta itu mengahalangi kenikmatan
Maafku untukmu wahai para pencaci gelora cintaku, seandainya kau bersikap adil takkan kau cela aku.
Kini kau tahu keadaanku, pendusta pun tahu rahasiaku, padahal tidak juga kunjung sembuh penyakitku.
Begitu tulus nasihatmu tapi tak kudengar semuanya, karena untuk para pencaci, sang pecinta tuli telinganya.

Aku terlalu mencintainya,,

Duhai Allah, kuatkan hatiku..

"Ya Tuhan, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah segala urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku, agar mereka mengerti perkataanku." (QS. Thaha: 27)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More