Kupersembahkan Blog Ini Untuk Orang Yang Pernah Mendiami Relung Terdalam di Hatiku, "BINTANG"

Pages

Rabu, 14 Maret 2012

Suatu Malam Aku Bermimpi

Lembahyung malam tampak menutupi segenap cahaya kemilauan berwarna jingga. Hangatnya senja terganti tiupan dingin sang bayu. Aku tak menyangka malam itu aku akan terlelap dalam kesendirian. Aku tak pernah mengira bahwa malam itu akan terlewati dengan genangan air mata. Dan aku tiada menduga bahwa malam itu akan terhiasi suara parau tangis kehilangan.

Mungkin kehilangan untuk selamanya. Aku harus berteriak dengan sekuat-kuatnya suaraku. Ketika sudah tak mampu lagi, hatikulah yang terus meronta hingga seolah ada batu besar menerobos ruang-ruang jantungku yang hanya terdiri dari dua bilik dan dan dua serambi, sedang batu itu sebesar gunung. Apalah daya fisikku yang kecil untuk menahan beban sebesar itu.

Iya, malam itu aku harus benar-benar sendiri. Dingin sekali, namun tak sedingin yang menusuk hingga ke tulang-tulang dadaku. Setebal apa pun selimut yang kukenakan, dia tak mampu menahan barang sedikit pun angin rindu yang kian merangsek merampas segala ketenanganku. Sekali lagi aku tak pernah menduga bahwa aku akan kehilangan kekasihku yang paling kuagungkan.

Tampaknya aku kelelahan menahan sakit yang menghujam syaraf-syaraf dalam setiap jaringan tubuhku, hingga aku terlelap dalam sebuah ombak badai di malam itu. Aduhai Tuhanku, aku melihat kekasihku berbaju putih. Dia tersenyum manis, pipinya terangkat dan matanya menyipit. Cantik sekai, namun tampak pucat dan bibirnya kering. Melambaikan tangan dengan berkata pelan.

"Walaupun raga kita jauh, aku tetap di hatimu. Yang pergi darimu bukanlah aku. Karena aku telah benar-benar mengabdikan cintaku padamu. Aku masih kekasihmu, jika kau merindukanku, maafkan aku hanya bisa memberi warna dalam cintamu. Pandangilah aku dengan cintamu dan jangan pernah membenciku. Aku sedang terjebak dalam emosiku. Sungguh aku sangat mencintaimu. Tetapi nafsuku menuntut untuk mencintai yang lain. Sayangku, itu bukan aku. Aku selalu di hatimu. Sebutlah namaku jika kau sakit, jika kau haus, jika kau lapar. Aku akan merawatmu, menyuapimu dan menemanimu dengan segenap bayangku. Selamat tinggal kasihku, semoga ruh cintaku akan menemuimu kelak di sana. Karena nafsu telah menguasai seluruh ragaku. Biarlah tubuhku bersama yang lain asal cinta selalu utuh untukmu. Selamat tinggal cinta pertamaku, aku benar-benar mencintaimu.."

Begitulah dia berbicara seraya terisak jua. Aku terbangun oleh suara Qiro'ah Syeikh Muammar yang kian menambah pedih hatiku dengan lagu shoba yang masih terdengar sampai aku benar-benar bangun dan mengusap air mataku yang tiada keringnya. Mungkin mimpi ini benar, karena hingga saat ini aku terus saja merasakan getar hangat cintanya. Masih saja mencium wangi keringatnya, masih saja mendengar suara indahnya.

Jika aku lapar, aku menyebut namanya. Jika aku haus, aku menyebut namanya. Jika aku sedih aku mengadu padanya. Jika aku sakit aku selalu mengingatnya. Sekalipun dia tiada. Biarlah halus ruh cintanya yang selalu menyertai seluruh kesadaranku. Biarlah biar dia tiada lagi, asal cinta selalu mewarnai hati ini. Aku tiada pernah membencinya. Biarlah bahagia dia bersamanya. Dan aku bahagia bersama ruh cinta kekasihku.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More